Teks Cerita Sejarah Jembatan Kota Intan -DKI Jakarta

                                    Jembatan Kota Intan (Jembatan Merah Jakarta)

Jembatan kota intan, jembatan jungkit yang berwarna merah dengan berkontruksi besi dan kayu khas warisan Belanda. Jembatan ini terletak di Kawasan Kota Tua Jakarta, salah satu jembatan yang merentang di atas ujung Kali Besar. Jembatan ini kini di kelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Diberikan nama intan karena letaknya dekat dengan Bastion Kastil Batavia bernama Bastion Diamont( intan).

Jembatan ini di bangun pada tahun 1628 dengan nama Jembatan Engelse Brug atau Jembatan Inggris karena membatasi kanal besar dengan Benteng Inggris. Jembatan ini jembatan kayu dengan panjang 30 meter dan lebar 4,43 meter. Berfungsi sebagai penghubung antara Benteng Belanda (VOC) dan Benteng Inggris (IEC) yang dibuat oleh VOC (persekutuaan dagang asal Belanda). Pada tahun 1629 jembatan ini rusak parah akibat serangan dari Kerajaan Banten dan Mataram yang menyerang Benteng Batavia. Karena kondisi yang memperhatinkan Belanda memperbaiki jembatan ini dengan melihat fungsinya yang sangat vital bagi Belanda. Setelah diperbaiki nama jembatan ini berubah menjadi Jembatan De Hoenderpasar Brug atau Jembatan Pasar Ayam karena lokasinya dekat dengan pasar/ tempat perdagangan ayam.

25 tahun kemudian, tepat tahun 1655 jembatan ini kembali rusak dan harus diperbaiki karena bencana banjir dan korosi air asin yang berasal dari air laut. Setelah diperbaiki jembatan ini diberi nama Jembatan Het Middlepunt Brug yang berarti Jembatan Pusat. Pada tahun 1938 fungsi jembatan berubah menjadi jembatan gantung karena agar dapat diangkat untuk lalu lintas perahu dan mencegah kerusakan akibat banjir. Bentuk dan gaya jembatan tidak pernah berubah. Nama jembatan ini kembali berubah nama menjadi Jembatan Phalsbrug Juliana atau Juliana Bernhard karena waktu itu Ratu Juliana menjadi Ratu Belanda pada saat itu. Sebelum itu ibu dari Ratu Juliana memberi nama Jembatan Wilhemina (Wilhemina brug).

Kemudian pasca proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, nama jembatan ini berubah lagi menjadi Jembatan Kota Intan yang kita kenal hingga kini. Selama perjalanan jembatan ini, Belanda juga pernah membangun beberapa jembatan yang serupa di Batavia atau Jakarta, namun jembatannya sudah tidak ada lagi dan yang tersisa hanya Jembatan Kota Intan. Untuk melestarikan jembatan ini, pada tahun 1972 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, menetapkan jembatan ini menjadi benda cagar budaya. Kini sistem lampu dipasang di kiri kanan jembatan. Dengan adanya lampu ini ,saat malam hari jembatan ini lebih terlihat indah dan elok untuk dipandang mata. Ada pilar penyangga jembatan ini, pada bagian kirinya telihat ada “No.21” layaknya sebuah identitas rumah. Kini jembatan ini menjadi salah satu objek wisata sejarah di kawasan kota tua. Tidak sedikit jembatan ini menjadi objek foto karena memiliki nilai historisnya.

Jembatan masih bisa dikujungi dan dilihat di kawasan kota tua. Jembatan ini salah satu objek wisata yang merupakan warisan Belanda. Mulai berfungsi sebagai jembatan penghubung sampai jembatan gantung. Kini jembatan kota intan sudah termasuk salah satu objek wisata di DKI Jakarta. Jembatan ini adalah salah satu saksi sejarah di DKI Jakarta. Dan jika ingin berkunjung jembatan ini tidak dipungut biaya karena tidak ada tarifnya. 







Komentar